Teman-teman sudah pada tahu kan apa itu cabai/lombok? Buah
kecil yang bermanfaat bagi bahan bumbu, pelengkap, atau penghias makanan. Bagi
yang suka pedas pasti tidak bisa lepas dari bahan ini. Nyam, jika diolah dengan
baik pasti akan sangat mengasyikkan rasanya. Tapi bukan soal rasanya yang ingin
aku ceritakan, melainkan pengalamanku bereksplorasi.
Dulu waktu aku masih SD, masih rajin-rajinnya bereksperimen
dengan setiap hal, aku menemukan sampah basah di dapur. Bukan yang ada di tong
sampah pastinya, melainkan ada di baskom tempat ibu mencuci sayur mayur dan
bahan memasaknya. Di baskom itu terdapat air dan biji-biji lombok yang
mengambang, ketahuan sekali kalo baskom itu bekas mencuci lombok. Mengingat pelajaran
IPA di sekolah mengenai makhluk hidup yang paling kalem: tumbuhan, aku
iseng-iseng bikin percobaanku untuk yang kesekian kali. Ya biasanya aku mencoba
membuat suatu benda atau apapun, yang meskipun berhasil tapi tidak kugunakan
dengan baik, namun lain halnya dengan biji lombok itu. Aku ingin membuatnya
hidup, penuh dengan warna merah oranye kuning hijau. Cerita ini asli tanpa
rekayasa atau apapun itu, aku melakukannya tanpa membaca referensi apapun
seperti how to make your chilli grown up, atau artikel semacamnya. (Ya saat aku
mulai bisa ber-online ria, kuakui aku sering mencari tips-tips semacam itu di
Google :p)
Karena aku tidak punya taman ataupun seonggok tanah subur di
rumah :’), terpaksa baskom itu aku ambil dan kusiramkan seluruh air dan biji
lomboknya ke tanah kecil sebelah rumah tetangga, tanpa ijin :’). Beberapa hari
pemilik rumah tersebut tidak tahu karena memang tanamanku tak kunjung tumbuh.
Sekitar seminggu setelahnya, aku mulai melihat rumput-rumput kecil (lebih mirip
sekumpulan dedaunan). Dan semakin hari semakin banyak dan besar, mulai tumbuh
bunga-bunga kecil warna putih (bagusss, tidak seperti bayanganku dulu bahwa
lombok itu pedas dan karena pedasnya maka kalau berbunga pun pasti bunganya
jelek), hingga lombok kecil-kecil warna merah mulai bermunculan. Aku bahagia
sekali dan kuceritakan tanamanku sau-satunya itu ke semua orang di dalam rumah.
Hingga pada suatu hari aku keluar rumah dan melihat
kenyataan pahit, bahwa tanaman lombok yang tidak pernah kusiram dan kupanen
telah tercabut bersih dari tanah itu. Kecewaa banget. Namun ada satu hikmah
dibalik semua itu, aku harus tahu sopan santun, karena itu bukan tanah milik
keluargaku maka aku tidak berhak meletakkan sesuatu di atasnya. (Tapi tumbuhan
lombok kan juga makhluk hidup ciptaan Tuhan, sedangkan semesta dan isinya
adalah milikNya, jadi Tuhan yang telah menumbuhkan itu dan bukan aku :3.
Tetanggaku juga harusnya menjaga ciptaan Tuhan dengan baik. Hihihi). Hikmah kedua,
aku jadi punya impian baru semenjak itu, aku ingin pindah rumah dan punya rumah
dengan fasilitas lengkap, terutama tempat berkebun. Kini tabungan ayah dan ibu
mendekati nominal yang insyaAllah cukup untuk menyicil rumah baru, dan tentu
saja aku menyarankan ke ayah ibu untuk membeli rumah di daerah pinggiran kota
saja, yang sejuk dan banyak tanah suburnya. Semoga impianku terkabul. :)
Itulah sedikit cerita masa kecilku, semoga menghibur.
Cabai Rawit diambil dari Wikipedia.org |
Sekedar informasi, jenis lombok yang aku tanam adalah
Cabai Rawit, termasuk anggota tanaman genus
Capsicum. Cabai Rawit tergolong memiliki ukuran yang kecil dibanding dengan
jenis cabai/lombok lainnya, meskipun rasanya bisa dibilang jauh lebih pedas
daripada jenis cabai merah yang besar. Cabai rawit juga terkenal sebagai bumbu
masakan di negara Asia Tenggara selain Indonesia.