Thursday, August 15, 2013

Impian Baru Akibat Si Kecil yang Pedas




Teman-teman sudah pada tahu kan apa itu cabai/lombok? Buah kecil yang bermanfaat bagi bahan bumbu, pelengkap, atau penghias makanan. Bagi yang suka pedas pasti tidak bisa lepas dari bahan ini. Nyam, jika diolah dengan baik pasti akan sangat mengasyikkan rasanya. Tapi bukan soal rasanya yang ingin aku ceritakan, melainkan pengalamanku bereksplorasi.

Dulu waktu aku masih SD, masih rajin-rajinnya bereksperimen dengan setiap hal, aku menemukan sampah basah di dapur. Bukan yang ada di tong sampah pastinya, melainkan ada di baskom tempat ibu mencuci sayur mayur dan bahan memasaknya. Di baskom itu terdapat air dan biji-biji lombok yang mengambang, ketahuan sekali kalo baskom itu bekas mencuci lombok. Mengingat pelajaran IPA di sekolah mengenai makhluk hidup yang paling kalem: tumbuhan, aku iseng-iseng bikin percobaanku untuk yang kesekian kali. Ya biasanya aku mencoba membuat suatu benda atau apapun, yang meskipun berhasil tapi tidak kugunakan dengan baik, namun lain halnya dengan biji lombok itu. Aku ingin membuatnya hidup, penuh dengan warna merah oranye kuning hijau. Cerita ini asli tanpa rekayasa atau apapun itu, aku melakukannya tanpa membaca referensi apapun seperti how to make your chilli grown up, atau artikel semacamnya. (Ya saat aku mulai bisa ber-online ria, kuakui aku sering mencari tips-tips semacam itu di Google :p)


Karena aku tidak punya taman ataupun seonggok tanah subur di rumah :’), terpaksa baskom itu aku ambil dan kusiramkan seluruh air dan biji lomboknya ke tanah kecil sebelah rumah tetangga, tanpa ijin :’). Beberapa hari pemilik rumah tersebut tidak tahu karena memang tanamanku tak kunjung tumbuh. Sekitar seminggu setelahnya, aku mulai melihat rumput-rumput kecil (lebih mirip sekumpulan dedaunan). Dan semakin hari semakin banyak dan besar, mulai tumbuh bunga-bunga kecil warna putih (bagusss, tidak seperti bayanganku dulu bahwa lombok itu pedas dan karena pedasnya maka kalau berbunga pun pasti bunganya jelek), hingga lombok kecil-kecil warna merah mulai bermunculan. Aku bahagia sekali dan kuceritakan tanamanku sau-satunya itu ke semua orang di dalam rumah.

Hingga pada suatu hari aku keluar rumah dan melihat kenyataan pahit, bahwa tanaman lombok yang tidak pernah kusiram dan kupanen telah tercabut bersih dari tanah itu. Kecewaa banget. Namun ada satu hikmah dibalik semua itu, aku harus tahu sopan santun, karena itu bukan tanah milik keluargaku maka aku tidak berhak meletakkan sesuatu di atasnya. (Tapi tumbuhan lombok kan juga makhluk hidup ciptaan Tuhan, sedangkan semesta dan isinya adalah milikNya, jadi Tuhan yang telah menumbuhkan itu dan bukan aku :3. Tetanggaku juga harusnya menjaga ciptaan Tuhan dengan baik. Hihihi). Hikmah kedua, aku jadi punya impian baru semenjak itu, aku ingin pindah rumah dan punya rumah dengan fasilitas lengkap, terutama tempat berkebun. Kini tabungan ayah dan ibu mendekati nominal yang insyaAllah cukup untuk menyicil rumah baru, dan tentu saja aku menyarankan ke ayah ibu untuk membeli rumah di daerah pinggiran kota saja, yang sejuk dan banyak tanah suburnya. Semoga impianku terkabul. :)


Itulah sedikit cerita masa kecilku, semoga menghibur.


Cabai rawit
Cabai Rawit diambil dari Wikipedia.org

Sekedar informasi, jenis lombok yang aku tanam adalah Cabai Rawit, termasuk anggota tanaman genus Capsicum. Cabai Rawit tergolong memiliki ukuran yang kecil dibanding dengan jenis cabai/lombok lainnya, meskipun rasanya bisa dibilang jauh lebih pedas daripada jenis cabai merah yang besar. Cabai rawit juga terkenal sebagai bumbu masakan di negara Asia Tenggara selain Indonesia.